” Penjara Perasaan”
Kerap kali aku berfikir,
untuk menliskan suarasuara
jiwa yang berkecamuk dalam
ruh; namun ku tahu, apa yang kan
kutulis.
Burungburung pun diam, tak
beri tanda apaapa.hingga aku
beranggap mungkin inikah
kiamat bagi jiwaku.
Aku terkurung,dalam sebuah penjara
perasaan. aku berteman seekor tikus
dalam bui kebisuan jadi nyata,dan takan
Ku hindari.
”Menanti kabar”
Hampir tiap saat aku tahu apa yang
kau lakukan. aku tahu waktu senyummu,
aku tahu waktu marahmu,aku tahu waktu
makanmu,aku tahu waktu tawamu,dan aku tahu
waktu datang teman baikmu.
Teman semua kaum hawa! wanitawanita
khayangan dan bumi.tapi kini
aku engan untuk tersenyum.
Sejauh enam belas tahun
mataku mengukur waktu berputar
melintasi malam dan siang
disini aku masih menanti suarasuara
angin menyejukan. menggoyakkan
jiwajiwa yang lara.
”Negeri eden”
Nyanyian burungburung lapar,atas pohon
tanah subur. sungaisungai kering,hujan
tetap turun! pintupintu langit terbuka,
makanan berjatuhan,pakaiyan berserakahan.
Manusia lapar tak berbusana menghiasi negri eden,
emas perak diperdagangkan milik peluh hamba.
kaya jadi tuan,miskin jadi hamba diatas tanah
milik hamba.
Hukum jadi basi.tangantangan besi
menyuarakan taktik menghentikan
gundahan yang mengusik.
“Bulan sempurna”
Malam ini dua puluh mei,
malam yang beda diantara bulanbulan.
bulan penuh mesteri,bulan penuh cerita
tentang kisah tak terungkap.aku berlari mengejar
anganangan,burungburung mengepakan Sayap
mengisyaratkan bahasa jiwa.
Awanawan putih sudah pudar,matahari
pun pucat.kejenuhan jadi pilihan yang tak terhindar.
kini harapan ku memuncak ingin meraih cinta sang
dewi.cinta bulan Sempurna,hanya jiwa sajalah bisa
mengkomandankannya.namun kebisuan adalah teman
baikku.
Aku berlari bersembunyi diantara kebohongan,
kejujuran adalah musuhku.sbab aku adalah hasil dari
sebuah kebohongan,yang direka dalam wujud cinta.hakekat cinta
adalah candu.
”Bingkai kosong”
Mataku selalu menatap kedinding.
memutar melihat bingkaibingkai kenangan,
menginginkan bisikan ada dibalik bingkai.
andaikan dinding bisa bicara dan mendengar
mungkin hanya dia yang tahu,
tentang apa yang terjadi diantara aku dan dia.
Bingkaibingkai kosong bertemakan cinta.
terpampang menghiasi dinding yang bugil.
mestinya aku tahu! bahwa yang terjadi hanyalah ilusi
yang mematikan jiwa dan ruh.
Kesuraman telah datang merasuki aku dan melampaui
batas hidup.menutupi ruang
mujur yang ku nanti,kini aku hanya bisa berpasrah
pada tangan dewa.disana aku bersembunyi dibalik
jubah milik dewa.
ketakutan ada,maka kehidupanpun ada.
ketakutan adalah hasil sebuah perasaan
makluk hidup.
"Busung lapar”
Ayah bundaku kaya,orang terpandang dinegeri ini.
punya tilang minyak,tambang nikel,
tambang emas,juga hutan menghijau.memiliki sona laut
luas,penumbuh karang dan mutiara adalah milik kepunyaannya.
Namun aku hidup tanpa sehelai benang,
menutupi auratku.kelaparan adalah pilihan utama yang tak terhindar
dari hidupku.aku kurus, rusukrusuk remuk rambutrambut
mmnutih.kulitkulitku keriput,sbab;aku lapar.
aku takan makan, dari hasil rampasan yang bukan milik peluhku.
yang ada hanya keserakahan dan tangantangan panjang,
menggambil barang bukan miliknya.
aku malu ayah,aku malu bunda.aku mendengar aku melihat semua orang
bicara tentang kejelekan ayah dan bunda.
”Rahasia hati”
di selasela waktu, terkikis oleh;masa.
disanalah dia menyimpan rahasia,
menggemgamkan kepinggan rindu yang
tak tersalurkan.rindu memetik bintang,rindu
mengapai bulan,rindu berhasrat cinta.
perjuangan melawan maksud hati yang mematikan.
dia tak pandai dalam berkatakata.ia bukan pujangga,
yang mengerti bahasa bibir dan paham bahasa jiwa.
hanyalah orang bodoh,membisu adalah tepat bagi dia.
dia menutup rahasia hati,rahasia antara bintangbintang
dan bulanbulan.daundaun melati menguning,burung pipitpun
diam tak beri tanda untuk hari esok.dia memutuskan mati
menguburkan impian bersama jiwa..!
”Binatang malam”
Malam ini malam purnama,waktu burungburung
malam mengepakan sayap. Memutarmutar melintasi
gelap, menerobos cakrawala.mencari nafkah
mengikat perut waktu siang bersama anak disangkar.
Burungburung malam terbang menyentuh bulan,
Membisikan perjuangan hidup. Perjuangan melawan keadaan.
Pohonpohon buah menggugurkan daun,
berhenti menafkai binatang malam, tanah dan air kering,hujan tak turun.
Mengantungkan diri, atas rantingranting pohon kemiri. Menunggu
Malam datang! Waktu semua binatang malam dan manusia malam.
Menyusun skenaryo menjelajah malam demi hidup..
”sabtu 12 juli”
hari yang cerah,hari yang bersahabat.
hari yang mengariahkan untuk tetap hidup.
hari yang penuh cinta,cinta yang masih didugaduga.
matahari penuh tanpa sisa,tanah dan ladang kering.
burungburung mati,tulang belulang berserakahan namun cinta
tetap hidup.
waktu itu sabtu 12 juli,aku bertemu dia.
dia adalah dia,dia rahasia hatiku.Aku terkagumkagum dibuatnya:
kecantikan,keanggunan hingga kesempurnaan adalah milik kepunyaan dia.
Mataku malu menatap kiri dan kanan.Tanahpun cemburu bila
aku bersama dia.
mata orangorang iri menatapnya dengan nafsu.
angin dan debu,kapas dan sekam terbang mewartakan
kejaiban dan kekuatan cinta yang mengalahkan takdir.
hitam putih warna kulit.pembukus daging,tulang dan,darah yang sama..!
”16 Oktober”
Batinku selalu menangis. Bila waktu, hari dan,
bulan semakin dekat. Saatsaat itu aku gelisah karna aku
takan berbusana lagi. Aku tak punya emas tuk aku
jual, aku tak punya uang tuk aku beli.
aku tak punya siapasiapa untuk mendengar nyanyian hatiku,
Semua orang menjauh karna aku.
Harihariku suram bagai dinding duri,
matahari tak mau bersinar di waktu Siang.
Bintang dan bulanpun bersembunyi dibalik jubah dewadewi.
aku terkekang oleh waktu yang menyiksa. Aku terhempas
oleh angin tofan, aku jatuh tak mampu berlari lagi.
aku mengadu pada batu, pada rerumputan,dan pepohonan,
diatas tanah yang jahat ini.
Enam belas oktober, bulan yang aku takut. Bulan yang
mengurangi batas usiaku. Dari delapan puluh tahun. Umur yang
di janjikan Tuhan untuk aku. Usiaku bertambah, hatiku
mengental bagai gunung batu karang yang kokoh. Trima
kasih Tuhan atas bertambahnya umurku. Berilah aku rajin selalu
sampaikan maksudMu.
”Gundahan Hati”
Rinduku selalu membebani hidupku,
Hasratku selalu membunuh nafasku.
Apa yang harusku lakukan?
Bagaimana caranya aku bisa terbebas olehnya?
Apa yang harus kuperbuat demi seorang gadis penyiksa
hati ini?
Tapi aku hanya bisa berharap pada tangan dewadewi
Karna disana aku bisa bersembunyi dan memohon tolongan.
Bila kau tahu bahwa seumur hidupku,kuhanya bisa memikirkanmu saja.
Tapi kini awan putih menjadi gelap,
Mataharipun pucat, seakan tak berniat ntuk bersinar.
Kegelisahan ini datang, bagai hari esok yang tak hentihenti berganti hari.
Aku jenuh, aku letih, namun aku selalu rindu peraduanmu duhaiku..
“Gitar Tua”
Inilah gitar tua yang kusut.
Telah kusimpan seabad lalu. Segudang: lirik,
dan nada juga kurangkai,diatas awan terdengar
nyanyian sang bulan purnama. Mengusir malam yang gelap.
Laut jadi tinta,daun jadi kertas,nabi jadi notulis.
Mencatat, menyimpan sejarah diatas tanah yang bertuliskan
sejarah,agendaagenda gitar tua.
Walau ombak mengatakan ia jenuh ntuk
memukul bibir pantai. Namun lirik dan nada
takan kubiarkan mati,terkikis oleh waktu yang panjang.
“Nasib bukan alasan”
Memang mereka pemulung, kerjanya mengais sampah.
Tangantangannya trampil dan lincah, memungut sisasisa makan
yang di titipkan untuk tikus.
Waktu malam tiba harus berbondongbondong
mencari kadera tempat melepas lelah. Menunggu datangnya matahari.
Walau beralaskan sepihan koran, hatinya
tegar bagai gunug batu. Hanya menanti belas kasihan sang pemberi
nasib, tentang hari esok yang berharga.
Perjuangan adala semangat.
Kegigihan adalah sinjata.
Kesabaran adalah kekuatan.
Ketergantungan adalah kelemahan.
Kematian adalah takdir semua makluk hidup.
“Nyanyian cinta”
kau mencitai ku sbab kau mendengar
nyanyian khalbuku. Kau merindukanku, sebab jiwamu
terlena dengan senandungku. Baitbait cintaku telah
meluluhkanmu dalam kebekuan hati.
Jiwamu cair bagai lapisan salju.
Tetunduk rata dibawah sumur buatanku. Akankah kau kokoh,
dan membeku lagi? Ataukah kau tetap mencintaiku,
bagai gununuggunug yang engan ntuk bergeser?
Kau tetap mencintaiku walau angin dari empat penjuru,
berseteru mengoyahkan kita? Akankah kau tetap berdiri?
Kini ku mulai nyanyikan lagu cintamu,
semangatmu. Kau pandai membaca bahasa ruhku,
kau pintar mematikan hatiku. Kini kaupun mau, bila
kau lepas helai demi helai benangbenang demi aku
yang telah kau luluh lantakan.
“Nasib Penyair”
taman ini sunyi,kosong dan mati.
Tetesan gerimisgrimis mengundang duka yang dalam.
Semutsemut berbaris mengantarkan jenazah keliang kubur.
Kupkupu bersekongkol menjauh dari taman yang ku buat.
Hati dan jiwa bercampur rasa,sedikit manis banyak pahit
yang diderita.
Bungabunga itu berganti musim,juga berganti warna.
Tetap saja sunyi!
Kepompong tak berubah wujud,mati dalam sarungnya.
Baru pertama kali terbuka tingkaptingkap ini.
Empat tahun ia terkubur,diatas nizan bertuliskan cinta.
Namun pintunya masih tertutup rapat.
Mungkinkah pintu itu tertutup ntuk seorang?
Dan terbuka ntuk lain? Belum bisa jawab.
Namun lakukanlah yang kau pikir'bagai kata:
cogitu ergo sum..
“Revolusi kepompong”
barisbaris ulatulat kayu,menghijau daun.
Merambat naik setingkat.
Kulit, perut adalah kakinya. merayap itu takdir.
Masa terkikis waktu, iapun terbang jua.
Hai dunia, hai manusia,lihat bangsaku.
Selamanya merayap bukan takdir
waktu membawa kebebasan tuk terbang. sampaikan
pada angin! bawa kabar kepompong telah menang
atas perang,revolusi berakhir kini.
wanitawanita cantik juga putriputri khayangan,
Suka warnawarni indah. keluar dari sayapsayap serangga imut.
Diantara kita masih ada rasa dengki. Ada juga yang tak sampai
seperti selayaknya kumbang terbang. Bersembunyi dibalik
kemunafikan yang tajam.
"Jiwa yang Sama"
Dalam alunan riakriak,
kutpiskan rindu bersama bayang mayamu.
untuk dia yang menyentuh batin yang sedang.
terlelap oleh sakit yang mendalam.
nyanyian suara hatimu, menyentuh ubunubun
yang tetutup oleh lahar.
biar sang pawang kaku berteman dengan sang jitah.
tapi hanya dia. jauh mampu, membuat hatiku tenteram.
suaranya menusuknusuk khalbu yang mati.
cintanya bergemagema, terdengar jelas dikupingku.
bulan juli, dan oktober adalah:
perbedaannya, tapi sejalan pikiran juga jiwa kita.
“Naluri bintang kejora"
"Perjuangan"
Anak perawan mati, diatas telapknya.
gugur bagai daundaun berganti musim.
kekejaman, ketidakadilan. lahir dari sebuah
rezim refolusi. namun suarasuara refosioner
lantang terdengar. bergelagah juga bergema.
angkat tangan kirimu. bangkitkan semangatmu.
ciptakan perlawanan hingga kaum, rumpunmu
bebas.
aku lahir dari idiologi. idiologi yang didoktrin.
untuk pembebasan banggsa.
semutsemut berbaris rapih mengantarkan
jenazah keliang perhentian.
hasil tangantangan besi, adalah kematian.
“Naluri bintang kejora”
Kala masih tertutup.
banyak jiwa, juga ruh.
hilang juga, lenyap.
sungguh sangat tabu, ntuk
menyebutmu bintang kejora.
pelanpelan kau bangkit.
merasuki ubunubun yang mati.
tulang belulang berserakahan di pangkuan ibu.
air mata, juga darah. mengalir membasahi tanah
juga ladang.
sebab kau bintang kejora.
kau janjikan kebebasan.
namun kau meminta kematian.
sudah cukupkah tulangtulang yang kau
pungut? ataukah banyak darah yang
kau haus? karna kau bintang kejora.
kau tlah menjelma, jadi jiwa. dibalik
bintang kejora..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar